SEX EDUCATION
Di Tuban, seorang ABG berusia 17 tahun dilaporkan kepada pihak yang
berwajib karena telah menggauli seorang ABG putri berusia 16 tahun. Sang gadis
yang diketahui ialah kekasihnya memang tidak hamil namun sang gadis tersebut
melaporkan perbuatan kekasihnya itu setelah tahu bahwa sang kekasih mengingkari
janjinya untuk bertanggung jawab. Usut punya usut ternyata sang ABG berani
melakukan tindakan asusila tersebut karena terinspirasi dari video porno salah
satu artis ibukota yang saat ini sedang marak dibicarakan (sumber: detikcom
23/12/2010).
Maraknya
kasus asusila yang terjadi dikalangan ABG atau usia pelajar menjadi sorotan
penting dalam dunia pendidikan. Karena fenomena yang terjadi di Indonesia masih
menimbulkan pro dan kontra dari masyarakat mengenai adanya anggapan bahwa
membicarakan mengenai seks adalah sesuatu yang tabu dan adanya pendidikan seks
hanya akan mendorong minat masyarakat semakin tinggi untuk mencoba seks.
Padahal sebaliknya pendidikan seks membantu masyarakat untuk menekan tingginya
angka tindakan asusila dan penyebaran penyakit menular seksual.
Sex education atau yang lebih sering dikenal dengan pendidikan seks merupakan
pendidikan mengenai reproduksi yang seharusnya diberikan kepada anak-anak yang
sudah beranjak dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun
informal. Pendidikan seks sangat diperlukan untuk mencegah biasnya pengetahuan
mengenai kesehatan reproduksi dikalangan remaja. Namun sepertinya sebagian
masyarakat menilai bahwa pendidikan seks merupakan sesuatu yang vulgar.
Seks berarti
kelamin yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. Seksualitas
menyangkut berbagai aspek yang berkaitan
dengan seks, yaitu aspek biologik, orientasi, nilai sosiokultur dan moral,
serta perilaku. Pendidikan seks dapat dibagi menjadi pendidikan seks untuk anak
prasekolah dan sekolah, pendidikan seks untuk remaja, untuk dewasa pranikah
serta menikah.
Sex education untuk anak-anak bertujuan agar anak mengerti identitas
dirinya dan terlindung dari masalah seksual yang dapat berakibat buruk bagi
anak. Pendidikan seks untuk anak pra sekolah lebih bersifat pemberian informasi
berdasarkan komunikasi yang benar antara orangtua dan anak.
Sex education untuk remaja bertujuan melindungi remaja dari berbagai akibat
buruk karena persepsi dan perilaku seksual yang keliru. Sementara pendidikan
seks untuk dewasa bertujuan agar dapat membina kehidupan sexual yang harmonis
sebagai pasangan suami istri.
Ada dua factor mengapa pendidikan seks sangat penting bagi remaja.
Pertama, saat anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan
pendidikan seks, sebab orangtua masih menganggap bahwa pembicaraan mengenai
seks adalah sesuatu yang dianggap tabu atau tidak pantas. Sehingga dari
ketidakpahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks
atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Kedua, dari ketidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi
reproduksi mereka, di lingkungan social masyarakat mereka ditawari hal-hal yang
berkaitan dengan seks yang disajikan secara bebas seperti VCD, majalah,
internet, tayangan televisi. Dan dampak dari ketidakpahaman remaja tentang
pendidikan seks ini mempengaruhi tingginya hubungan seks diluar nikah,
kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.
Dengan
adanya pendidikan seks kita bisa ajarkan kepada para remaja untuk menjaga
kesehatan alat reproduksi mereka. Organ reproduksi remaja adalah hak remaja dan
menjadi tanggung jawab remaja itu sendiri untuk melindungi dari hal-hal yang tidak
diinginkan. Namun akhir-akhir ini mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya
pendidikan seks karena maraknya kasus pergaulan bebas muncul di kalangan remaja
saat ini. Masa remaja atau yang bisa disebut pubertas adalah masa dimana remaja
mencari jati diri dan arti dari hidup. Pada masa-masa inilah remaja memiliki
rasa ingin tahu yang begitu besar. Karena rasa ingin tahunya yang besar,
semakin dilarang, semakin penasaran dan akhirnya mereka berani untuk mengambil
resiko tanpa pertimbangan lebih dahulu.
Ada
beberapa pendapat mengatakan bahwa pendidikan seks memang pantas dimasukkan
dalam kurikulum di sekolah menengah, apalagi siswa pada masa ini ialah siswa
dalam golongan masa pubertas. Itu sangat diperlukan sebagai upaya antisipasi,
mengetahui atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari
dampak-dampak negative lainnya. Kebanyakan pada masa puber remaja melaukan
sesuatu hanya untuk menjawab rasa ingin tahu mereka atau hanya mengikuti trend.
Misalnya pada saat mereka pacaran mereka mencoba yang namanya ciuman dan begitu
tahu enaknya ciuman mereka malah melangkah melakukan hal-hal yang belum pantas
dilakukan. Kalau sudah kebablasan bukan saja remajanya tapi orangtua nya juga
yang akan menanggung malu.
Pendidikan seks tidak hanya diberikan pada anak remaja namun orangtua juga
perlu diberi bekal pengetahuan pendidikan seks dan gaya hidup remaja saat ini
agar orangtua bisa memengamati perubahan yang terjadi pada anak dan bisa
memberikan masukan-masukan yang bisa ditanamkan pada diri remaja tentang seks.
Karena berkembanganya pengetahuan seks pada remaja juga menjadi tanggung jawab
orangtua sebagai pengasuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar